Pembagian 5 Jumlah dalam Bahasa Arab
Pembagian 5 Jumlah dalam Bahasa Arab
kaumsarungan.my.id - Pembagian 5 Jumlah dalam Bahasa Arab, dalam sebuah literatur bahasa arab jumlah adalah setiap kalimat yang tersusun dengan susunan isnadi (terdiri dari musnad dan musnad ilaih) baik memiliki faedah maupun tidak. berbeda dengan pengertian kalam yaitu kalimah yang tersusun dan disyaratkan harus berfaedah sempurna.
inilah 5 jumlah dalam bahasa arab
Dengan memandang pengertian jumlah diatas yakni lebih umum dari kalam, maka jumlah itu sendiri dibagi menjadi 5 bagaian yaitu:
1. Jumlah Ismiyyah
"Yaitu Jumlah yang dimulai dengan kalimah Isim baik yang menjadi Musnad ilaih atau Musnad, dalam Lafdzon atau Taqdiron"
Seperti contoh:
a. Yang Lafdzon seperti lafadz: زَيْدٌ قاَئِمً زَيْدٌ قَامَ
dalam contoh ini menunjukkan Jumlah Ismiyah karena dimulai dengan lafadz زَيْدٌ yang menjadi Musnad llaih (lafadz yang disandari hukum).
juga seperti lafadz اَقَائِمُ الزَّيْدَيْنِ lafadz ini berupa Jumlah Ismiyah karena dimulai dengan lafadz, yang menjadi Musnad (hukum yang disandarkan).
b. Yang Taqdiron seperti lafadz :
وَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَكُمْ
contoh ini berupa Jumlah Ismiyyah karena pada lafadz: وَاَنْ تَصُوْمُوْا yang menjadi Mubtada' itu ditakwil dengan isim yang Muqoddar (dikira-kirakan) yaitu lafadz:
وَصِيَامُكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ
c. atau yang berupa Isim Fi'il.
seperti lafadz: رُوَيْدُكَ إِذَاسِرْتُ "Pelan-pelanlah jika engkau bepergian."
2. Jumlah Fi'liyyah
"Yaitu Jumlah yang dimulai dengan kalimah Fi'il, dalam Lafdzon atau Taqdiron"
Contoh:
a. Lafadzon seperti lafadz
كَانَ زَيْدٌ قَائِمًا، ضُرِبَ اللِّصَّ، قَامَ زَيْدٌ
contoh di atas berupa Jumlah Fi'liyyah sebab dimulai dengan kalimah fi'il yakni قَامَ (fi'il Madli).
b. Taqdiron seperti lafadz يَاعَبْدَ اللّٰهِ
contoh di atas berupa Jumlah Fi'liyyah karena dimulai dengan kalimah fi'il yang taqdiri (dikira-kirakan) dikarenakan lafadz عَبْدَ اللَٰهِ itu berkedudukan menjadi maf'ul yang dinasabkan oleh fi'il yang dibuang yang terkandung dalam Ya' Nida', adapun taqdirnya adalah اَدْعُو عَبْدَ اللّٰهِ
Catatan:
Yang dikehendaki dengan pengertian diawali adalah kalimah yang menjadi permulaan dalam asalnya, maka contoh فَرِيْقًا كَتَبْتُمْ dan كَيْفَ جَاءَ زَيْدٌ adalah berupa jumlah fi'liyyah karena kalimah isim yang berada di permulaan pada contoh di atas adalah dalam derajat akhir.
3. Jumlah Dhorfiyyah
"Yaitu Kalimah yang di mulai dengan Dhorofatau Jer Majrur".
Seperti lafadz: أَعِنْدَكَ زَيْدٌ، أَفِي الدَّارِ زَيْدٌ
Dari kedua contoh lafadz di atas dinamakan Jumlah Dhorfiyyah karena dimulai dengan Dhorof dan Jer Majrur, perihal disebut Jumlah Dhorfiyyah itu apabila lafadz setelah dhorof atau jer majrur (lafadz زَيْدٌ itu dikira-kirakan menjadi Fa'ilnya dhorof atau Jer Majrur, juga tidak menjadi fa'ilnya lafadz yang Musytaq dari masdar إِسْتِقْرَارٌ yang terbuang dan tidak pula menjadi Mubtada' yang mana dhorof atau jer majrur tersebut menjadi khobar yang di dahulukan.
4. Jumlah Dzatil Wajhain (Jumlah yang memiliki dua wajah)
Untuk Jumlah Dzatil Wajhain yang dikehendaki disini ialah Jumlah yang di mulai dengan Dhorof atau Jer Majrur, seperti contoh kedua lafadz di atas.
Namun untuk bisa di namakan Jumlah Dzatil Wajhain, yakni lafadz yang Marfu' (dibaca rafa') yang berada setelah dhorof atau Jer Majrur itu dikira-kirakan menjadi Fa'il nya lafadz yang Musytaq dari masdar إِسْتِقْرَارٌ yang dibuang, maka jika mengira-ngirakan Fi'il,seperti lafadzs إِسْتَقَرَّ يَسْتَقِرُّ (fi'il madli dan mudlori) maka dinamakan Jumlah Fi'liyyah, lalu apabila yang dikira-kirakan itu berupa Isim seperti lafadz مُسْتَقِرٌّ maka dinamakan Jumlah Ismiyyah, maka dari situ disebut Jumlah Dzatil Wajhain, karena berupa Jumlah yang terkadang disebut Jumlah Fi'liyyah dan juga bisa disebut Jumlah Ismiyyyah.
Catatan :
- Lafadz yang berada setelah dhorof atau jer majrur disamping menjadi Fa'il dari lafadz yang Musytaq dari masdar إِسْتِقْرَارٌ yang dibuang yang berupa fi'il, juga dapat menjadi Mubtada' dari khobar muqoddam yang berupa dhorof atau jer majrur yang mengira-ngirakan lafadz yang Musytaq dari masdar إِسْتِقْرَارٌ yang dibuang yang berupa Isim.
- Atau yang dinamakan Jumlah Dzatil Wajhain yaitu jumlah yang pemulaannya berupa jumlah Ismiyah dan bagian akhirnya berupa jumlah fi'liyah.
Contoh: زَيْدٌ قَامَ اَبُوْهُ (Zaid ayahnya telah berdiri).
dari contoh tersebut jika kamu melihat bagian depan maka berupa jumlah ismiyyah dan jika melihat bagian akhirnya maka berupa jumlah Fi'liyyah.
Atau jumlah yang permulaannya berupa jumlah Fi'liyyah dan bagian akhir berupa jumlah Ismiyyah.
Contoh: ظَنَنْتُ زَيْدًا أَبُوْهُ قَائِمٌ (aku menduga ayahnya zaid berdiri).
Jika melihat bagian depan maka berupa jumlah fi'liyyah dan jika melihat bagian akhirnya maka berupa jumlah ismiyyah.
5. Jumlah Syarthiyyah
"Yaitu Jumlah yang menjadi Fi'il Syarat"
Seperti lafadz إِنْ قَامَ زَيْدٌ قَامَ عَمْرٌو
Dalam contoh di atas Jumlah إِنْ قَامَ زَيْدٌ dinamakan Jumlah Syartiyyah sebab berupa fi'il syarat yakni jatuh setelah huruf Syarat(dalam hal ini syartiyah).
Catatan:
Apabila ada Jumlah dimulai dengan suatu Huruf maka harus dilihat kalimah setelahnya apabila berupa kalimah Isim maka berupa Jumlah Ismiyyah, seperti contoh إِنَّ زَيْدًا قَائِمٌ dan bila berupa kalimah Fi'il maka disebut Jumlah Fi'liyyah, seperti contoh: مَاضَرَبْتُ زَيْدًا
Itulah pembagian 5 jumlah dalam bahasa arab, semoga bermanfaat.

Posting Komentar untuk "Pembagian 5 Jumlah dalam Bahasa Arab "