Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Kaum Sarungan Merupakan Media Edukasi Santri Dalam Menulis di Era Melenial Baik Yang Berhubungan Dengan Agama Maupun Umum.

Mustatsna dalam Ilmu Nahwu

Daftar Isi [Tampil]

 Mustatsna dalam Ilmu Nahwu


kaumsarungan.my.id -  Mustatsna dalam Ilmu Nahwu, Mustatsna’ (مستثنى) adalah suatu Isim yang dengan perantara Istitsna’ (pengecualian) maka akan keluar dari hukum sebelumnya. Contoh: جَاءَ الْقَوْمُ عَلِيّاً (Telah datang kaum kecuali Ali). Dalam contoh yang disebutkan di atas, kata عَلِیًا telah dikeluarkan atau dikecualikan dari الْقَوْمُ dan secara istilah kata عَلِیًا dalam kalimat tersebut disebut Mustatsna’ dan kata الْقَوْمُ disebut Mustatsna’ Minhu (مُستثنی منهُ ) dan huruf إلاَّ disebut huruf Istitsna’ (اِستثنَی ).


Kata-kata yang digunakan untuk Istitsna’ (اِستثنَی ) adalah sebagai berikut: 


1. Huruf: إ لاَّ – حَاشَا – عَدَا – خَلاَ

2. Asma’: غَیر – سِوَی

3.  kata حَاشَا – عَدَا – خَلاَ , kadang digunakan dalam bentuk Fi’il yang pada kondisi ini terkadang عَدَا – خَلاَ disebutkan bersama huruf » مَا « dan kadang tanpa huruf » مَا «.



Pembagian Istitsna’ (اِستثنی )

Istitsna’ (اِستثنی ) dalm ilmu nahwu atau bahasa arab diabagi menjadi tiga bagian yaitu:



1. Istitsna’ Muttashil (اِستثناءٌ مُتَّصِلٌ )

Yaitu ketika Mustatsna (مُستثنَی ) dari jenis Mustatsna Minhu ( مُستثنَی مِنه ). Contoh: جَاءَ الرِّجَالُ إلاَّ سَعِیدًا (Telah datang beberapa orang laki kecuali Said) Kata سَعِیدًا yang berken sebagai Mustatsna (مُستثنَی ) adalah dari jenis dan bagian dari الرِّجَال yang berposisi sebagai Mustatsna Minhu ( مُستثنَی مِنه ) dan dalam istilahnya kata سَعِیدًا disebut Mustatsna Muttashil( مُستثنَاءٌ مُتَّصِلٌ).



2. Istitsna’ Munqathi’ ( اِستثناءٌ مُنْقطِعٌ )

Yaitu ketika Mustatsna (مُستثنَی ) bukan dari jenis Mustatsna Minhu ( مُستثنَی مِنه ). Contoh: جَاءَ المُسَافِرُ ونَ إلاَّ کُتُبَهُم (Telah datang para musafir kecuali buku-buku mereka). Kata کُتُبَ yang berkedudukan sebagai Mustatsna (مُستثنَی ) adalah bukan dari jenis dan bagian dari المُسَافِرُ ونَ yang berposisi sebagai Mustatsna Minhu ( مُستثنَی مِنه ) dan dalam istilahnya kata کُتُبَ disebut Mustatsna Munqathi’ ( مُستثنَاءٌ مُنقَطِع ).



3. Istitsna’ Mufarragh ( اِستثناءٌ مُفرَّ غ ) 

Yaitu ketika Mustatsna Minhu ( مُستثنَی مِنه ) dihapus atau dihilangkan dari kalimat. Dengan kata lain, kalimat kosong dari Mustatsna Minhu ( مُستثنَی مِنه ). Contoh: مَا جَاءَ إلاَّ عَلِیٌّ ) Istitsna’ Mufarragh ) Yang asalnya ialah: مَا جَاءَ...(أحَدٌ)... إلاَّ عَلِی



Hukum-hukum Mustatsna dengan إلاَّ


1. Mustatsna Munqathi’ ( مُستثناءٌ مُنْقطِع )

Senantiasa dan selalu Mustatsna (مُستثنَی )nya Manshub, baik kalimat Negatif maupun kalimat Positif. 
Contoh: 

Negatif: مَا جَاءَ القَومُ إلاَّ أ متِعَتَهُم (Tidak datang kaum kecuali barang-barangnya).
Positif: جَاءَ الرِّجَالُ إلاَّ فَاطِمَةَ (Telah datang beberapa laki-laki kecuali Fatimah).


2. Mustatsna Muttashil  (مُستثناءٌ مُتَّصِل)

 Apabila kalimat sebelum إلاَّ adalah kalimat Positif, maka Mustatsna (مُستثنَی ) nya di-nashabkan (Manshub). Contoh: جَاءَ القَومُ إلاَّ سَعِیدًا(Telah datang kaum kecuali Said).  Apabila kalimat sebelum إلاَّ adalah kalimat Negatif, maka Mustatsna (مُستثنَی )nya boleh Manshub dan boleh ikut ke I’rab yang dimiliki oleh Mustatsna Minhu ( مُستثنَی مِنه ). Contoh: مَا جَاءَ القَومُ إلاَّ سَعِیدًا – مَا جَاءَ القَومُ إلاَّ سَعِیدٌ


3. Mustatsna Mufarragh  (مُستثناءٌ مُفرَّغ) 

Adapun I’rab untuk Mustatsna Mufarragh ( مُستثنَاءٌ مُفَرَّغٌ ), adalah bergantung pada ‘amil yang ada dalam kalimat. Misalnya, sebagai pengganti Mustatsna Minhu ( مُستثنَی مِنه ) yang telah dihilangkan atau dihapus, kita mencantumkan kata أحَدٌ atau شيءٌ dan i’rab apapun yang dimiliki oleh أحَدٌ atau شيءٌ maka Mustatsna (مُستثنَی)nya pun akan memiliki i’rab yang sama dengannya, yaitu dengan i’rab أحَ دٌ atau شيءٌ . 


Contoh:
1) مَا جَاءَ (أحَدٌ) إلآَّ سَعِید = أحَدٌ sebagai Fa’il untuk جَاءَ dan Marfu’. 
2) مَا رَأ یتُ (أحَدًا) إلاَّ سَعِیدًا = أحَدًا sebagai Maf’ul Bihi untuk رَأ یت dan Manshub. 
3) مَا رَأ یتُ (شَیئًا) إلاَّ کِتَابًا = شَیئًا sebagai Maf’ul Bihi untuk رَأ یت dan Manshub.